Kamis, 24 Mei 2012

RAGAM BAHASA MEMBERI WARNA


Pada bulan maret 2012 kemaren, saya dan keponakan saya jalan-jalan kedesa bukit layang. Saya pergi kesana waktu itu lagi musim buah rambutan, durian dan duku.  Kurang lebih 1 jam perjalanan akhirnya sampai juga di rumah temanku. Waktu itu dirumahnya hanya ada temanku , tidak lama kemudian ibunya teman ku datang. Lalu ibu itu bilang “la lama ikak ateng” aku diam saja karena kami tidak mengerti arti “ateng” itu apa, kami cuma ngangguk saja.
Setelah itu ibu teman ku menyuruh kami makan, lalu dia berkata tapi lauk e cuma “lempah katil mengkual nanal” kami pun juga tidak mengerti sebelum kami melihatnya, ternyata lempah katis umbut lengkuas dicampur nanas. saya senyum sendiri ketika dengar bahasanya.
Setelah selesai makan, kami pun santai diteras rumah sambil makan buah duku, lucunya lagi di desa teman ku itu orang bilang buah duku adalah buah dukek. Lagi asyik-asyik santai tiba-tiba adik teman saya pipis didepan kami, lalu ibu nya ngomong “we dik ngiron pok kemeh adep ayuk to”, lalu saya bertanya sama teman saya apa arti dak ngiron, lalu teman saya jawab katanya tidak sopan. Lalu teman saya ngomong sama adiknya “ galeklah pok dikulau mak”, kemudian dengan muka senyum saya nanyain lagi sama teman saya  apa arti “kulau” lalu teman saya jawab marah arti e, lalu saya pun mengangguk sambil berkata owh githu tho.
Setelah ngomong panjang lebar, ngak terasa hari pun mulai sore, dan kami pun bergegas untuk pulang. Perjalanan Hari itu sangat mengasyikan disana saya banyak mendapatkan hal-hal baru yang sebelumnya saya tidak tahu, seperti cara berbicara orang bukit layang dan ternyata banyak sekali perbedaan bahasa sungailiat dengan desa bukit layang tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar