Pantun merupakan tradisi lisan yang masih bertahan
di beberapa daerah di Indonesia, khususnya daerah yang berbudaya melayu. Pantun
masih menempati
posisi
penting dalam bermasyarakat. Namun seiring berkembangnya zaman yang
dipengaruhi
oleh perubahan dalam era globalisasi kebiasaan berpantun dalam masyarakat mulai
hilang , dan sekarang ini seni berbalas pantun nyaris tidak terdengar lagi di
kalangan masyarakat melayu, terlebih lagi untuk generasi muda”.
Hal itu disebabkan
kesibukan masing-masing individu yang terpengaruh akan teknologi media massa
elektronik terutama internet dan televisi. Sedangkan untuk budaya sastra melayu
pantun sudah jarang di publikasikan dimedia lokal baik cetak maupun elektronik.
Walaupun demikian ternyata
di Bangka belitung masih ada media lokal yaitu koran Bangka Pos yang menjadikan
budaya sastra melayu pantun sebagai salah satu muatan tetap pada koran
tersebut. Bangka Pos adalah sebuah surat kabar harian yang terbit di Kepulauan Bangka belitung, Indonesia. Surat kabar ini
termasuk dalam Grup Kompas
Gramedia. Kantor pusatnya terletak di kota Pangkal Pinang. Koran ini
pertama kali terbit tahun 1999.
(wikipedia.or.id)
Untuk melihat bagaimana pantun menjadi muatan tetap dalam koran lokal
tersebut yang dimuat pada hari minggu dengan nama Bujang Besaot. Khusus untuk
rubrik pantun redaksi Bangka pos melibatkan masyarakat untuk mengirimkan dan
berbalas pantun melalui layanan interaktif yang sudah disediakan. Hal tersebut
tentunya akan sangat bermanfaat dalam membantu kelestarian budaya khususnya
budaya sastra melayu pantun karena di Bangka belitung sendiri koran lokal yang
memuat pantun sangat sedikit bahkan bisa di katakan tidak ada.
Sedangkan budaya sastra melayu pantun adalah budaya melayu yang harus di lestarikan sebagai khasanah budaya bangsa. Sebagai contoh rubrik ( Bujang Besaot) yang
diterbitkan oleh Bangka pos tersebut bisa kita lihat penggunaan bahasa daerah
Bangka belitung atau pun bahasa melayu yang menjadi ciri khas dalam melestarikan
budaya pantun kita. Hal ini lah yang menjadi ciri khas koran Bangka Pos
dibandingkan koran lokal lainnya dalam mengadopsi nilai-nilai kearifan lokal terutama budaya sastra melayu pantun sebagai salah satu muatan
didalam rubrik atau isi beritanya.
Bujang Besaot edisi Minggu 6 Oktober
2013
indah
sekali pohon beringin pergi
nube de aik kulong
kalau
ditanam sebagai bongsai dapet
ikan gabus kan lele
jika
berani menebar angin usa
nyube becakep bohong
berani
pula menuai badai cakep
yang bagus usa betele
Jawab Bujang
Besaot Jawab
Bujang Besaot
Batang
jerami tersapu angin bueh
kabung dimasak nduk gule
Di
buat atap elok rupanya pacah
lah untuk masak pecel lele
Kalau
berani menebar angin orang
macem ya jangan di pecaye
Ilmunya
tinggi banyak hartanya serade
apa geh diaku gale
Diatas adalah contoh rubrik Bujang Besaot yang ada dikoran Bangka Pos.
Disana kita bisa melihat bagaimana bahasa daerah khususnya Bangka digunakan
dalam pantun tersebut. Hal ini tentunya kita harapkan budaya sastra melayu
pantun dapat dipelihara kelestariannya. Dan budaya sastra melayu pantun
terutama yang berbahasa daerah bangka ini bisa diwarisi pada generasi penerus
kita sebagai bangsa yang besar bangsa yang menghargai budayanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar