Rabu, 20 November 2013

Bangka pos media yang melestarikan budaya sastra melayu pantun di Bumi Serumpun Sebalai



Pantun merupakan tradisi lisan yang masih bertahan di beberapa daerah di Indonesia, khususnya daerah yang berbudaya melayu. Pantun masih menempati
posisi penting dalam bermasyarakat. Namun seiring berkembangnya zaman yang
dipengaruhi oleh perubahan dalam era globalisasi kebiasaan berpantun dalam masyarakat mulai hilang , dan sekarang ini seni berbalas pantun nyaris tidak terdengar lagi di kalangan masyarakat melayu, terlebih lagi untuk generasi muda”.
Hal itu disebabkan kesibukan masing-masing individu yang terpengaruh akan teknologi media massa elektronik terutama internet dan televisi. Sedangkan untuk budaya sastra melayu pantun sudah jarang di publikasikan dimedia lokal baik cetak maupun elektronik.
Walaupun demikian ternyata di Bangka belitung masih ada media lokal yaitu koran Bangka Pos yang menjadikan budaya sastra melayu pantun sebagai salah satu muatan tetap pada koran tersebut. Bangka Pos adalah sebuah surat kabar harian yang terbit di Kepulauan Bangka belitung, Indonesia. Surat kabar ini termasuk dalam Grup Kompas Gramedia. Kantor pusatnya terletak di kota Pangkal Pinang. Koran ini pertama kali terbit tahun 1999. (wikipedia.or.id)
Untuk melihat bagaimana pantun menjadi muatan tetap dalam koran lokal tersebut yang dimuat pada hari minggu dengan nama Bujang Besaot. Khusus untuk rubrik pantun redaksi Bangka pos melibatkan masyarakat untuk mengirimkan dan berbalas pantun melalui layanan interaktif yang sudah disediakan. Hal tersebut tentunya akan sangat bermanfaat dalam membantu kelestarian budaya khususnya budaya sastra melayu pantun karena di Bangka belitung sendiri koran lokal yang memuat pantun sangat sedikit bahkan bisa di katakan tidak ada.
Sedangkan budaya sastra melayu pantun adalah budaya melayu yang harus di lestarikan  sebagai khasanah budaya bangsa.  Sebagai contoh rubrik ( Bujang Besaot) yang diterbitkan oleh Bangka pos tersebut bisa kita lihat penggunaan bahasa daerah Bangka belitung atau pun bahasa melayu yang menjadi ciri khas dalam melestarikan budaya pantun kita. Hal ini lah yang menjadi ciri khas koran Bangka Pos dibandingkan koran lokal lainnya dalam mengadopsi nilai-nilai kearifan  lokal terutama budaya sastra  melayu pantun sebagai salah satu muatan didalam rubrik atau isi beritanya.
Bujang Besaot edisi Minggu 6 Oktober 2013
indah sekali pohon beringin                            pergi nube de aik kulong
kalau ditanam sebagai bongsai                        dapet ikan gabus kan lele
jika berani menebar angin                               usa nyube becakep bohong
berani pula menuai badai                                cakep yang bagus usa betele

Jawab Bujang Besaot                                   Jawab Bujang Besaot

Batang jerami tersapu angin                            bueh kabung dimasak nduk gule
Di buat atap elok rupanya                               pacah lah untuk masak pecel lele
Kalau berani menebar angin                            orang macem ya jangan di pecaye
Ilmunya tinggi banyak hartanya                     serade apa geh diaku gale


Diatas adalah contoh rubrik Bujang Besaot yang ada dikoran Bangka Pos. Disana kita bisa melihat bagaimana bahasa daerah khususnya Bangka digunakan dalam pantun tersebut. Hal ini tentunya kita harapkan budaya sastra melayu pantun dapat dipelihara kelestariannya. Dan budaya sastra melayu pantun terutama yang berbahasa daerah bangka ini bisa diwarisi pada generasi penerus kita sebagai bangsa yang besar bangsa yang menghargai budayanya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar