Tuntutlah
ilmu sekali pun
ke Negeri Cina. itulah pepatah bagi orang yang
menuntut ilmu pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan tidak hanya bisa di dapatkan
dari negeri sendiri tetapi juga bisa ke negeri orang atau luar negeri. Jika
saya di beri kesempatan untuk menuntut ilmu ke luar negeri, saya tidak akan
memilih Cina
tetapi saya memilih ke Kairo Mesir yaitu di Universitas Al-Azhar, karena
Universitas Al-Azhar merupakan Universitas tertua
kedua di dunia. Sehingga saat saya menuntut ilmu di sana kualitas akademik yang
akan saya dapatkan akan lebih baik.
Saat saya memutuskan untuk kuliah di
Universita Al-Azhar di Kairo Mesir hal pertama kali yang harus saya persiapkan
adalah menyesuaikan diri pada budaya Kairo Mesir terutama bahasa, tujuannya
untuk mempermudah proses berkomunikasi dan juga menunjang proses pembelajaran
di sana. karena
Kairo Mesir menggunakan bahasa arab sebagai bahasa nasional. Jadi saya sudah
mempersiapkan diri dengan kursus bahasa arab sebelum kuliah ke sana. Mungkin
untuk mempelajari
bahasa arab tidak lah terlalu sulit karena di Indonesia pun saat kita duduk
dibangku TPA (Taman
Pembelajaran Al-Quran) kita sudah mempelajari bahasa arab sehingga
tinggal mendalaminya saja.
Selain itu juga saat kita membaca Al-Quran yang menggunakan bahasa arab
sehingga kita sudah terbiasa melafalkan bahasa arab.
Selain
bahasa,
saya juga harus mengetahui kebudayaan-kebudayaan di Kairo Mesir yang tentunya
berbeda dengan kebudayaan di Indonesia,
namun
karena 90% masyarakat
disana beragama islam,
maka tidak lah terlalu sulit
bagi saya seorang muslimah untuk
menyesuaikan diri dengan kebudayaan-kebudayaan yang banyak dipengaruhi agama
islam. Namun perbedaan yang sangat mencolok di sana adalah dari segi
makanannya, karena makanan pokok orang Mesir adalah roti sedangkan saya
terbiasa makan nasi sebagai makanan pokok sehari-hari. Maka dari itu strategi
yang saya lakukan adalah dengan langganan makanan indonesia.
Karena
saya berada di negeri Kairo Mesir,
tentunya banyak perbedaan-perbedaan terutama di bidang kebudayaan, sehingga saya harus menghargai
kebudayaan mereka dengan mengikuti kebudayaan yang masih saya rasa pantas namun
tidak melupakan budaya-budaya saya sendiri sebagai orang Indonesia, misalnya membiasakan diri
mendengarkan lagu bahasa arab kemudian menonton pertunjukan-pertunjukan seni di Kairo Mesir.
Selain
menyesuaikan
diri dengan kebudayaan baru tentunya kita tidak boleh lupa mempromosikan
budaya-budaya kita, agar orang-orang di sana tahu dan tertarik dengan
kebudayaan kita. Hal-hal yang bisa saya lakukan adalah memperlihatkan foto-foto atau video, sekaligus menceritakan
mengenai tempat-tempat wisata dan benda-benda budaya yang ada di Indonesia
kepada teman-teman saya yang sama-sama kuliah di Al-Azhar. Selain itu juga saya bisa
memperkenalkan dengan menggunakan
aksesoris-aksesoris khas Indonesia misalnya jilbab , tas yang bermotif kain
khas daerah Indonesia.
Dan
yang tidak kalah pentingnya ketika saya berada di Kairo Mesir saya selalu
menunjukkan sikap sopan santun, ramah tamah, dan juga saling menghormati satu
sama lain, karena itu adalah cermin Bangsa Indonesia.