Remaja adalah generasi penerus bangsa. Dalam kehidupannya
remaja dianggap masa pencarian jati diri. Di dalam sebuah keluarga anak remaja
sering kali membutuhkan perhatian ekstra karena pendidikan dalam keluarga
merupakan dasar bagi pendidikan anak selanjutnya, atau dapat pula dikatakan
bahwa keluarga merupakan peletak dasar bagi pendidikan yang pertama dan utama. Usia
remaja usia yang rentan terkontaminasi oleh pergaulan dunia luar yang bisa
mengubah karakter dan perilaku remaja itu sendiri. Kita lihat saja berita-berita
yang berisi informasi tentang kenakalan remaja mulai dari penyalah gunaan
narkoba, minuman keras, free sex, tawuran dan sebagainya. Bisa jadi dikarenakan
pondasi pendidikan moral dan karakter sangat minim. Kurang perhatian dan kasih
sayang, broken home, bahkan pengaruh teman-teman sebaya, serta ketidak mampuan
memfilter kemajuan teknologi dan banyak lagi faktor lainnnya yang bisa
membentuk karakater dan perilaku menyimpang pada remaja
Degradasi moral pada
remaja di Indonesia semakin menjadi jadi saja. Siapa yang seharusnya
disalahkan, pemerintahkah ? Pendidik kah ? keluargakah ? atau remaja itu
sendiri. Pertanyaan ini sering kita lontarkan tapi sadarkah kita pertanyaan-pertanyaan
itu tidak pernah menyelesaikan masalah. Yang ada malah degradasi moral yang
dialami remaja semakin parah. Tak sedikit remaja yang kehilangan rasa hormat
dan sopan santunnya terhadap orang tua walaupun masih tetap ada yang tetap
menjunjung tinggi adat kesopanan dan tata krama terhadap orang yang lebih
dewasa. Namun dewasa ini Kemajuan
teknologi dan perkembangan peradaban yang tidak disikapi secara positif
seringkali menjadi faktor pendukung terjadinya degradasi moral yang semakin
menjadi sehingga membuat sebagian remaja yang tak mampu
membendung dan memfilternya hingga informasi apapun yang ia dapat malah
dijadikan kiblat dalam pencarian jati diri mereka.
Pelaku-pelaku kriminalitas seperti pencurian dengan
kekerasan, perampokan, geng motor yang meresahkan, asusila, dan
kejahatan-kejahatan lainnya yang juga bentuk kenakalan remaja menghiasi
berita-berita di media-media massa baik elektronik maupun cetak. Sangat miris
melihat generasi muda kita tak lagi patuh aturan dan cenderung brutal.
Kejahatan yang mereka lakukan juga di dominasi oleh remaja-remaja usia
tanggung, usia SMA, SMP bahkan SD pun terjerat. Sungguh sangat miris karena
yang kita pikirkan bagaimana masa depan mereka. Apakah mereka yang akan menjadi
penerus bangsa. Dengan moral yang jika tidak sesegera mungkin diperbaiki jelas
akan memberikan dampak negative untuk perkembangan bangsa ini.
Meskipun
demikian, masih banyak pula generasi muda yang masih bisa menjadi harapan dan
tidak terdegradasi moralnya. Tetapi, kuantitas mereka selalu jauh lebih sedikit
daripada yang telah terdegradasi moralnya. Kaum muda adalah nafas
penyambung harapan bangsa. Kaum muda adalah pemegang estafet kepemimpinan di negeri
ini. Dan kaum muda adalah generasi berikutnya yang akan memikul beban dalam
setiap peri kehidupan negara Indonesia. Namun kita juga tidak bisa percaya
penuh dengan generasi tua yang menjadi pemimpin pemimpin saat ini. Karena
banyak juga kelakuan mereka yang tak pantas di tiru oleh remaja atau generasi
muda. Perilaku korup, asusila, premanisme dan perilaku-perilaku lain yang
sungguh tak layak dijadikan tauladan. Sehingga diperlukan pembangunan karakter
yang lebih mendalam dalam diri remaja tersebut dan dari lingkungan-lingkungan
terdekat para remaja lah yang mampu membentuk jati diri remaja yang tangguh dan
mampu jadi sosok pemimpin penerus bangsa.
Kita semua sepakat, bahwa yang
diperlukan untuk mengatasi ancaman ini adalah dengan menyadarkan, membangun
karakter kembali dan memupuk komitmen serta visi sebagai pemuda-pemuda tangguh.
Penginstalan kembali karakter pemuda adalah dengan bersama sama melakukan
character building pada generasi muda, baik dilakukan oleh lembaga formal
maupun nonformal, serta oleh pihak manapun yang mau berkontribusi bagi masa depan
bangsa. Melalui pendidikan formal misalnya pendidikan di sekolah yang tidak
hanya menekankan pada pendidikan akademik tapi juga mengacu pada pendidikan
karakter. Kemudian dibentuk juga wadah-wadah yang menampung dan memberikan
ruang bagi remaja untuk menyalurkan bakat positifnya hingga tak salah langkah.
Dan terpenting pendidikan non formal dari keluarga yang harus memberikan
perhatian khusus bagi perkembangan anak remajanya misalnya membekali mereka dengan
pendidikan agama di rumah bahkan dalam wadah khusus seperti ROHIS , remaja
masjid dan organisasi-organisasi keagamaan lain yang mampu memandu remaja untuk
berakhlaq baik.
Keberhasilan dalam membentuk remaja
tangguh tak lepas dari dukungan pemerintah yang juga harus menyediakan sarana
prasarana yang menunjang aktivitas positif remaja agar mereka tak menyalah
gunakan bakat yang mereka miliki untuk kegiatan yang salah. Harus ada alokasi
dana dalam membangun sarana prasarana tersebut diiringi dengan pembinaan dan
pemberian penghargaan atas mereka yang berprestasi sehingga remaja termotivasi
dan merasa dihargai dalam lingkungannya dan bangsanya. Mereka akan merasa
diakui keberadaannya dan terhindar dari hal-hala negatif yang menjerumuskan
mereka.
Maka dari itu mari kita bersama-sama
membentuk dan mencetak generasi-generasi muda yang diharapkan bangsa yang juga
sudah mulai rapuh moralitasnya. Jangan saling menyalahkan tapi mari saling
mencari solusi, memberikan dukungan serta melakukan aksi untuk cita-cita mulia
tersebut. Karena nasib bangsa Indonesia kedepan ada di tangan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar