Kamis, 13 Juni 2013

Degradasi Moral Remaja


Remaja adalah generasi penerus bangsa. Dalam kehidupannya remaja dianggap masa pencarian jati diri. Di dalam sebuah keluarga anak remaja sering kali membutuhkan perhatian ekstra karena pendidikan dalam keluarga merupakan dasar bagi pendidikan anak selanjutnya, atau dapat pula dikatakan bahwa keluarga merupakan peletak dasar bagi pendidikan yang pertama dan utama. Usia remaja usia yang rentan terkontaminasi oleh pergaulan dunia luar yang bisa mengubah karakter dan perilaku remaja itu sendiri. Kita lihat saja berita-berita yang berisi informasi tentang kenakalan remaja mulai dari penyalah gunaan narkoba, minuman keras, free sex, tawuran dan sebagainya. Bisa jadi dikarenakan pondasi pendidikan moral dan karakter sangat minim. Kurang perhatian dan kasih sayang, broken home, bahkan pengaruh teman-teman sebaya, serta ketidak mampuan memfilter kemajuan teknologi dan banyak lagi faktor lainnnya yang bisa membentuk karakater dan perilaku menyimpang pada remaja
 Degradasi moral pada remaja di Indonesia semakin menjadi jadi saja. Siapa yang seharusnya disalahkan, pemerintahkah ? Pendidik kah ? keluargakah ? atau remaja itu sendiri. Pertanyaan ini sering kita lontarkan tapi sadarkah kita pertanyaan-pertanyaan itu tidak pernah menyelesaikan masalah. Yang ada malah degradasi moral yang dialami remaja semakin parah. Tak sedikit remaja yang kehilangan rasa hormat dan sopan santunnya terhadap orang tua walaupun masih tetap ada yang tetap menjunjung tinggi adat kesopanan dan tata krama terhadap orang yang lebih dewasa. Namun dewasa ini Kemajuan teknologi dan perkembangan peradaban yang tidak disikapi secara positif seringkali menjadi faktor pendukung terjadinya degradasi moral yang semakin menjadi sehingga  membuat sebagian remaja yang tak mampu membendung dan memfilternya hingga informasi apapun yang ia dapat malah dijadikan kiblat dalam pencarian jati diri mereka.
Pelaku-pelaku kriminalitas seperti pencurian dengan kekerasan, perampokan, geng motor yang meresahkan, asusila, dan kejahatan-kejahatan lainnya yang juga bentuk kenakalan remaja menghiasi berita-berita di media-media massa baik elektronik maupun cetak. Sangat miris melihat generasi muda kita tak lagi patuh aturan dan cenderung brutal. Kejahatan yang mereka lakukan juga di dominasi oleh remaja-remaja usia tanggung, usia SMA, SMP bahkan SD pun terjerat. Sungguh sangat miris karena yang kita pikirkan bagaimana masa depan mereka. Apakah mereka yang akan menjadi penerus bangsa. Dengan moral yang jika tidak sesegera mungkin diperbaiki jelas akan memberikan dampak negative untuk perkembangan bangsa ini.
Meskipun demikian, masih banyak pula generasi muda yang masih bisa menjadi harapan dan tidak terdegradasi moralnya. Tetapi, kuantitas mereka selalu jauh lebih sedikit daripada yang telah terdegradasi moralnya. Kaum muda adalah nafas penyambung harapan bangsa. Kaum muda adalah pemegang estafet kepemimpinan di negeri ini. Dan kaum muda adalah generasi berikutnya yang akan memikul beban dalam setiap peri kehidupan negara Indonesia. Namun kita juga tidak bisa percaya penuh dengan generasi tua yang menjadi pemimpin pemimpin saat ini. Karena banyak juga kelakuan mereka yang tak pantas di tiru oleh remaja atau generasi muda. Perilaku korup, asusila, premanisme dan perilaku-perilaku lain yang sungguh tak layak dijadikan tauladan. Sehingga diperlukan pembangunan karakter yang lebih mendalam dalam diri remaja tersebut dan dari lingkungan-lingkungan terdekat para remaja lah yang mampu membentuk jati diri remaja yang tangguh dan mampu jadi sosok pemimpin penerus bangsa.
Kita semua sepakat, bahwa yang diperlukan untuk mengatasi ancaman ini adalah dengan menyadarkan, membangun karakter kembali dan memupuk komitmen serta visi sebagai pemuda-pemuda tangguh. Penginstalan kembali karakter pemuda adalah dengan bersama sama melakukan character building pada generasi muda, baik dilakukan oleh lembaga formal maupun nonformal, serta oleh pihak manapun yang mau berkontribusi bagi masa depan bangsa. Melalui pendidikan formal misalnya pendidikan di sekolah yang tidak hanya menekankan pada pendidikan akademik tapi juga mengacu pada pendidikan karakter. Kemudian dibentuk juga wadah-wadah yang menampung dan memberikan ruang bagi remaja untuk menyalurkan bakat positifnya hingga tak salah langkah. Dan terpenting pendidikan non formal dari keluarga yang harus memberikan perhatian khusus bagi perkembangan anak remajanya misalnya membekali mereka dengan pendidikan agama di rumah bahkan dalam wadah khusus seperti ROHIS , remaja masjid dan organisasi-organisasi keagamaan lain yang mampu memandu remaja untuk berakhlaq baik.
Keberhasilan dalam membentuk remaja tangguh tak lepas dari dukungan pemerintah yang juga harus menyediakan sarana prasarana yang menunjang aktivitas positif remaja agar mereka tak menyalah gunakan bakat yang mereka miliki untuk kegiatan yang salah. Harus ada alokasi dana dalam membangun sarana prasarana tersebut diiringi dengan pembinaan dan pemberian penghargaan atas mereka yang berprestasi sehingga remaja termotivasi dan merasa dihargai dalam lingkungannya dan bangsanya. Mereka akan merasa diakui keberadaannya dan terhindar dari hal-hala negatif yang menjerumuskan mereka.
Maka dari itu mari kita bersama-sama membentuk dan mencetak generasi-generasi muda yang diharapkan bangsa yang juga sudah mulai rapuh moralitasnya. Jangan saling menyalahkan tapi mari saling mencari solusi, memberikan dukungan serta melakukan aksi untuk cita-cita mulia tersebut. Karena nasib bangsa Indonesia kedepan ada di tangan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar