Kamis, 13 Juni 2013

MAKALAH
   ”MARI BERKEBUN SAHANG” 
                                                             KELOMPOK ”MATI GILE”
                                                   Tugas Komunikasi Sosial dan Pembangunan.


 DISUSUN OLEH
KELOMPOK I
1.MURJAAN
2.RIAN MAULANA
3.ANDI SUANDI
4.AHMAD SUNAIDI
5.RAMANDHA
6.NURUL AZMI
7.ERWINA
8. NANI.N
9. NOPITA SARI
10. VITA APRILIANI
11. EVI.A
Dosen Pengampu : IKSANDER,S.sos
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
         Bangka Belitung merupakan Daerah penghasil Lada putih yang merupakan komoditas utama yang pernah Berjaya di Bangka Belitung, khususnya di muntok. Lada putih Muntok dikenal dengan Muntok white pepper telah mendunia. Bahkan lada putih ini telah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda. Namun Memasuki tahun 2000-an, produksi lada putih di Bangka Belitung mengalami penurunan. Penyebab penurunan produksi lada putih ini adalah maraknya pertambangan timah di Bangka Belitung. Lahan yang pernah digunakan untuk perkebunan lada berubah menjadi area tambang timah. Penambangan timah ini dikenal dengan tambang inkonvensional. Semenjak maraknya tambang inkonvensional, pemerintah lebih focus pada timah dibandingkan dengan lada sehingga pamornya semakin menurun. Padahal lada pernah menjadi primadona yang mengharumkan nama provinsi ini. Selain itu banyaknya lahan yang dialihfungsikan sebagai perkebunan sawit juga menjadi penyebab penurunan produksi lada putih. Karena masyarakat merasa bahwa Timah lebih menjanjikan dan lebih cepat hasilnya dibandingkan lada. Dan akhirnya setelah beberapa tahun produksi lada mendapatkan perhatian yang kurang dari pemerintah. Meskipun telah dilakukan langkah-langkah untuk membangkitkan kembali kejayaan lada putih. Namun, produksi lada putih seolah tidak ada kemajuan. Memang suatu hal yang tidak mungkin lagi untuk mengembalikan kejayaan seperti pada tahun 90-an mengingat lahan di Bangka Belitung yang banyak dialihkan ke tambang inkonvensional Lahan yang telah dijadikan area tambang timah dan kebun sawit tidak mendukung lagi untuk dijadikan perkebunan lada. Hal inilah yang menjadi faktor lada seakan-akan menjadi komoditas yang terlupakan di negeri Bangka Belitung sendiri.
          Melihat dari kondisi diatas, Maka Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bangka ingin membentuk sebuah Program bernama “Mari Berkebun Sahang”. Dimana program ini  merupakan suatu usaha untuk mengembalikan masa-masa kejayaan tanaman lada di Bangka Belitung yang sudah lama ditinggalkan dan merupakan usaha pemerintah dalam menanggulangi masalah ini dan kondisi produksi lada saat ini.
B.Tujuan 
  - Untuk memberikan edukasi kepada para masyarakat bahwa pentingnya program berkebun sahang, agar   kembali lingkungan yang hijau khususnya di Bangka Belitung
- Untuk menciptakan produktivitas kebun lada yang berkelanjutan
-Untuk mengembalikan masa-masa kejayaan perkebunan Lada di Bangka Belitung yang sudah lama   ditinggalkan
- Untuk memberikan keuntungan ekonomis kepada masyarakat secara finansial dalam rangka membiayai   operasional program 

C.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari program ini adalah :
1.      
1.      Bagaimana strategi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bangka dalam mensosialisasikan "Program Mari Berkebun  Sahang" dapat berjalan dengan efektif dan tepat sasaran khalayak yang dituju?
BAB II
PEMBAHASAN

Program Mari Berkebun Sahang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bangka dimana berisi:
1.      Memberikan suatu kegiatan pelatihan kepada masyarakat mengenai manfaat berkebun lada itu sendiri, baik secara teori (indoor), atau terjun langsung kelapangan agar masyarakat mengetahui bagaimana teknik berkebun lada yang baik dan benar sehingga menghasilkan lada yang unggul.
2.      Melakukan pengontrolan selama masa pelatihan dilaksanakan sampai memberikan hasil maksimal
                Suatu program public relations dalam menjalankan Strategi, baik itu yang berjangka panjang maupun berjangka pendek, harus direncanakan dengan cermat dan hati-hati, sedemikian rupa sehingga akan diperoleh hasil-hasil yang nyata. Perencanaan yang matang akan menghasilkan suatu program public relations yang efektif. Perencanaan program public relations berdasarkan fakta dan landasan berpikir yang sehat, yang membuat seseorang menjadi tahu arah dan tujuan yang ingin dicapainya. Dan dalam Perencanaan program Mari Berkebun Sahang ini, Sebagai Praktisi Humas yang terjun langsung di masyarakat harus dapat menjalankan  program ini sesuai dengan Strategi Public Relation.
Mengutip dari Cutlip & Center (dalam Kasali dan Abdurachman), proses PR Sepenuhnya mengacu kepada pendekatan manajerial. Proses ini terdiri dari: fact finding, planning, communication, dan evaluation (Abdurachman, 2001:31). Kasali mengadaptasinya menjadi : pengumpulan fakta, definisi permasalahan, perencanaan dan program, aksi dan komunikasi, serta evaluasi. (Kasali, 1984:33)

1. Fact finding adalah mencari dan mengumpulkan fakta atau data sebelum melakukan tindakan. 
2. Planning adalah berdasarkan fakta membuat rencana tentang apa yang harus dilakukan dalam menghadapi berbagai masalah itu. 
3.Communicating adalah rencana yang disusun dengan baik sebagai hasil pemikiran yang matang berdasarkan fakta atau data tadi
4.evaluation adalah mengadakan evaluasi tentang suatu kegiatan, apakah tujuan sudah tercapai atau belum.

Tahap 1 : Fact Finding yaitu mengumpulkan fakta melalui riset di lapangan misalnya       observasi secara langsung ataupun kuisioner untuk melihat apa yang melatar belakangi masyarakat kurang minatnya dalam berkebun lada. Dan didapatkan data berdasarkan latar belakang masalah diatas bahwa:
-     Banyaknya minat masyarakat beralih profesi menjadi penambang timah disebabkan karena harga  timah sangat tinggi jauh diatas harga lada
-    Lahan untuk berkebun lada semakin berkurang dikarenakan aktivitas penambangan timah yang semakin hari semakin banyak
-   Biaya untuk reklamasi lahan kembali sangat tinggi ditambah waktu yang cukup lama untuk mengubahnya kembali.
-    Penerapan teknologi budidaya dan pembibitan lada unggul sangat kurang. 
-    Masalah tingginya harga pupuk dan peptisida
-    Banyaknya spekulan yang memainkan harga 
-   Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang teknik berkebun lada yang baik dan benar untuk meghasilkan lada yang berkualitas tinggi.

     Tahap 2 : Planning yaitu perencanaan semua kegiatan yang akan dilakukan dalam program mari berkebun sahang melihat dari fact finding maka perencanaan yang dilakukan adalah:
·  1.Memberikan pelatihan baik secara teori atau terjun langsung kelapangan bagi masyarakat, mengenai pemahaman program Berkebun sahang ini sendiri.
    2.Menyiapkan lahan sekaligus bibit lada kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat menjalankan program ini secara  nyata tidak hanya teori saja, namun agar dapat mengaplikasikannya secara langsung
    3. Mempersiapkan Penerapan teknologi budidaya dan pembibitan lada unggul dalam menunjang                     keberhasilan perkebunan lada
     
                  Tahap 3 : Communicating yaitu mempersiapkan teknik untuk mensosialisasikan seluruh          rencana program dimana proses sosialisasi ini dilaksanakan secara teoritis kemudian diaplikasikan secara langsung kelapangan. Dalam hal ini keberhasilan suatu program sangat menentukan sekali pada teknik komunikasi yang dipilih. Adapun teknik komunikasi yang dilakukan adalah:

      1. Sosialisasi melalui penyuluhan kedesa-desa, dengan memilih Public Speaking yang ahli dalam bidang perkebunan lada dan orang tersebut punya kredibelitas tinggi.
S  2. Sosialisasi melalui spanduk pada tempat-tempat strategis agar masyarakat memahami akan program tersebut. Dan Isi pesan dalam spanduk di desain semenarik mungkin sehingga membuat masyarakat tertarik untuk memperhatikan spanduk tersebut.
·    3. Melalui iklan di media cetak dan elektronik bisa dalam bentuk iklan radio ataupun iklan di Koran dengan isi pesan yang juga mudah diserap oleh masyarakat sasaran.
·         
·    Hal terpenting adalah menjaga hubungan baik dengan stakeholder agar pemerintah,lembaga swasta, serta masyarakat harus ikut mendukung dan berpartisipasi dalam program Mari Berkebun Sahang tersebut.

         Tahap 4 : Evaluation yaitu tahap evaluasi seluruh kegiatan yang dilakukan dalam program mari 
 berkebun sahang. Setelah melewati tahap fact finding, perencanaan, serta komunikasi kepada masyarakat 
keberhasilan program mari berkebun sahang dapat dilakukan dengan tahap evaluasi, dimana tahap ini untuk 
melihat apakah program yang dilaksanakan sudah berhasil atau belum, pada tahap evaluasi ini, dilihat dari 
beberapa aspek, yaitu :
  a) Metode pengumpulan data sudah benar/sesuai tidak dengan kondisi dilapangan

   b) Alat pengumpulan data yang digunakan berhasil atau tidak
  c) Sasaran evaluasi program yakni minat, partisipasi atau sasarannya sudah sesuai atau belum
  d) Jadwal evaluasi program sebagai acuan pelaksanaan berjalan lancar atau tidak.
Melihat dari kegiatan yang dilakukan maka evaluasi bisa dilakukan dengan penerapan beberapa teknik evaluasi praktisi memiliki banyak sekali informasi untuk dirakit serta serangkaian pilihan dari segi media dan aktivitas.Pemilihan dibuat untuk mengarahkan pesan-pesan tertentu pada target audiens tertentu melalui  media tertentu dan,pada akhirnya mencapai sasaran yang didefinisikan secara spesifik ( puncak dari program atau proyek).


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
      -  Banyaknya minat masyarakat beralih profesi menjadi penambang timah disebabkan karena harga  timah sangat tinggi jauh diatas harga lada, lahan untuk berkebun lada semakin berkurang dikarenakan aktivitas penambangan timah yang semakin hari semakin banyak serta kurangnya pengetahuan masyarakat tentang teknik berkebun lada yang baik dan benar untuk meghasilkan lada yang berkualitas tinggi membuat masyarakat enggan berkebun lada kembali. 

      -  Untuk mensukseskan Program “Mari Berkebun Sahang “ Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bangka membutuhkan strategi yang baik mulai dari Fact Finding,Planning,Communicating dan Evaluations dalam program Mari Berkebun Sahang ini sendiri.
 Saran
1.       Agar kepada masyarakat yang sudah lama meninggalkan aktivitas berkebun sahang, dari program Mari Berkebun Sahang ini, dapat meningkatkan minat masyarakat kembali sehingga nama  lada putih yang dulunya sudah terkenal,  dapat mengangkat Bangka Belitung kembali di kancah internasional. 
2.     Dalam program ini, baik pemerintah maupun masyarakat diharapkan untuk proaktif untuk mengajukan keinginan untuk pematenan program tersebut.

Degradasi Moral Remaja


Remaja adalah generasi penerus bangsa. Dalam kehidupannya remaja dianggap masa pencarian jati diri. Di dalam sebuah keluarga anak remaja sering kali membutuhkan perhatian ekstra karena pendidikan dalam keluarga merupakan dasar bagi pendidikan anak selanjutnya, atau dapat pula dikatakan bahwa keluarga merupakan peletak dasar bagi pendidikan yang pertama dan utama. Usia remaja usia yang rentan terkontaminasi oleh pergaulan dunia luar yang bisa mengubah karakter dan perilaku remaja itu sendiri. Kita lihat saja berita-berita yang berisi informasi tentang kenakalan remaja mulai dari penyalah gunaan narkoba, minuman keras, free sex, tawuran dan sebagainya. Bisa jadi dikarenakan pondasi pendidikan moral dan karakter sangat minim. Kurang perhatian dan kasih sayang, broken home, bahkan pengaruh teman-teman sebaya, serta ketidak mampuan memfilter kemajuan teknologi dan banyak lagi faktor lainnnya yang bisa membentuk karakater dan perilaku menyimpang pada remaja
 Degradasi moral pada remaja di Indonesia semakin menjadi jadi saja. Siapa yang seharusnya disalahkan, pemerintahkah ? Pendidik kah ? keluargakah ? atau remaja itu sendiri. Pertanyaan ini sering kita lontarkan tapi sadarkah kita pertanyaan-pertanyaan itu tidak pernah menyelesaikan masalah. Yang ada malah degradasi moral yang dialami remaja semakin parah. Tak sedikit remaja yang kehilangan rasa hormat dan sopan santunnya terhadap orang tua walaupun masih tetap ada yang tetap menjunjung tinggi adat kesopanan dan tata krama terhadap orang yang lebih dewasa. Namun dewasa ini Kemajuan teknologi dan perkembangan peradaban yang tidak disikapi secara positif seringkali menjadi faktor pendukung terjadinya degradasi moral yang semakin menjadi sehingga  membuat sebagian remaja yang tak mampu membendung dan memfilternya hingga informasi apapun yang ia dapat malah dijadikan kiblat dalam pencarian jati diri mereka.
Pelaku-pelaku kriminalitas seperti pencurian dengan kekerasan, perampokan, geng motor yang meresahkan, asusila, dan kejahatan-kejahatan lainnya yang juga bentuk kenakalan remaja menghiasi berita-berita di media-media massa baik elektronik maupun cetak. Sangat miris melihat generasi muda kita tak lagi patuh aturan dan cenderung brutal. Kejahatan yang mereka lakukan juga di dominasi oleh remaja-remaja usia tanggung, usia SMA, SMP bahkan SD pun terjerat. Sungguh sangat miris karena yang kita pikirkan bagaimana masa depan mereka. Apakah mereka yang akan menjadi penerus bangsa. Dengan moral yang jika tidak sesegera mungkin diperbaiki jelas akan memberikan dampak negative untuk perkembangan bangsa ini.
Meskipun demikian, masih banyak pula generasi muda yang masih bisa menjadi harapan dan tidak terdegradasi moralnya. Tetapi, kuantitas mereka selalu jauh lebih sedikit daripada yang telah terdegradasi moralnya. Kaum muda adalah nafas penyambung harapan bangsa. Kaum muda adalah pemegang estafet kepemimpinan di negeri ini. Dan kaum muda adalah generasi berikutnya yang akan memikul beban dalam setiap peri kehidupan negara Indonesia. Namun kita juga tidak bisa percaya penuh dengan generasi tua yang menjadi pemimpin pemimpin saat ini. Karena banyak juga kelakuan mereka yang tak pantas di tiru oleh remaja atau generasi muda. Perilaku korup, asusila, premanisme dan perilaku-perilaku lain yang sungguh tak layak dijadikan tauladan. Sehingga diperlukan pembangunan karakter yang lebih mendalam dalam diri remaja tersebut dan dari lingkungan-lingkungan terdekat para remaja lah yang mampu membentuk jati diri remaja yang tangguh dan mampu jadi sosok pemimpin penerus bangsa.
Kita semua sepakat, bahwa yang diperlukan untuk mengatasi ancaman ini adalah dengan menyadarkan, membangun karakter kembali dan memupuk komitmen serta visi sebagai pemuda-pemuda tangguh. Penginstalan kembali karakter pemuda adalah dengan bersama sama melakukan character building pada generasi muda, baik dilakukan oleh lembaga formal maupun nonformal, serta oleh pihak manapun yang mau berkontribusi bagi masa depan bangsa. Melalui pendidikan formal misalnya pendidikan di sekolah yang tidak hanya menekankan pada pendidikan akademik tapi juga mengacu pada pendidikan karakter. Kemudian dibentuk juga wadah-wadah yang menampung dan memberikan ruang bagi remaja untuk menyalurkan bakat positifnya hingga tak salah langkah. Dan terpenting pendidikan non formal dari keluarga yang harus memberikan perhatian khusus bagi perkembangan anak remajanya misalnya membekali mereka dengan pendidikan agama di rumah bahkan dalam wadah khusus seperti ROHIS , remaja masjid dan organisasi-organisasi keagamaan lain yang mampu memandu remaja untuk berakhlaq baik.
Keberhasilan dalam membentuk remaja tangguh tak lepas dari dukungan pemerintah yang juga harus menyediakan sarana prasarana yang menunjang aktivitas positif remaja agar mereka tak menyalah gunakan bakat yang mereka miliki untuk kegiatan yang salah. Harus ada alokasi dana dalam membangun sarana prasarana tersebut diiringi dengan pembinaan dan pemberian penghargaan atas mereka yang berprestasi sehingga remaja termotivasi dan merasa dihargai dalam lingkungannya dan bangsanya. Mereka akan merasa diakui keberadaannya dan terhindar dari hal-hala negatif yang menjerumuskan mereka.
Maka dari itu mari kita bersama-sama membentuk dan mencetak generasi-generasi muda yang diharapkan bangsa yang juga sudah mulai rapuh moralitasnya. Jangan saling menyalahkan tapi mari saling mencari solusi, memberikan dukungan serta melakukan aksi untuk cita-cita mulia tersebut. Karena nasib bangsa Indonesia kedepan ada di tangan mereka.